Rabu, 30 November 2011

Emha Ainun Nadjib - Slilit Sang Kiai

Judul: Slilit Sang Kiai
Pengarang: Emha Ainun Nadjib
Jumlah halaman: xvi +243
Genre: kumpulan artikel
Selesai baca: 29/11/2011
Rate: 4,5/5

Review:
Buku ini berisi kumpulan artikel yang ditulis pengarang di berbagai media cetak dalam kurun waktu 1980-1990an.

Meski nilai-nilai agama muncul di berbagai bagian, namun buku ini bukanlah buku keagamaan. Topik umumnya  adalah berkisar tentang hidup dan kehidupan manusia.

Sabtu, 07 Mei 2011

Tingkatan Permasalahan Hidup yang Lebih Tinggi

Saya sempat merasa bahwa kesulitan-kesulitan yang saya temui selama menempuh studi lanjut merupakan permasalahan-permasalahan besar. Tetapi setelah mendengar cerita dari beberapa teman hari ini, pandangan saya berubah.

Di acara persekutuan mahasiswa AusAID beserta keluarganya hari ini, masing-masing orang diminta sharing tentang hidupnya. Dan saya benar-benar terkejut mendengar beberapa sharingnya:

Jumat, 08 April 2011

Kesungguhan Mengajar

Setelah satu bulan lebih aku mengikuti kegiatan perkuliahan di sini, salah satu hal yang menarik perhatianku adalah soal kesungguhan dosen mengajar. Hal ini bisa dilihat dari:

1. Waktu mengajar, mereka selalu menghabiskan slot waktu yang tersedia, contoh: jika slot waktu yang tersedia 3 jam, maka di akhir 3 jam itu baru mereka mengakhiri mengajar. Ini terjadi di semua kelas dan untuk semua dosenku.

Jumat, 01 April 2011

Refleksi 2010

Bagiku, tahun 2010 adalah tahun bahasa Inggris. Diawali dengan skor IELTS - prediction 5.5 yang kudapatkan dari placement test untuk mengambil kursus 1 minggu di IALF Surabaya di akhir bulan Desember 2009. Meningkat jadi 6.5 yang kudapatkan dari hasil tes IELTS sebagai persyaratan beasiswa ADS di bulan maret. Disambung dengan kursus bahasa Inggris di IALF Bali selama 2 bulan: Agustus - Oktober. Ditutup dengan hasil tes IELTS 7.5 di akhir masa kursus tersebut. Sebuah peningkatan yang luar biasa, mengingat aku tidak pernah ikut tes IELTS sebelumnya.

Minggu, 06 Februari 2011

Sharing kelas IAP

Di kelas IAP-ku hari ini ada sesi sharing pengalaman/metode belajar. Ketika sampai di bagian pertanyaan model tempat seperti apa yang paling membuatmu bisa belajar, muncul beberapa pernyataan menarik.

Anggota kelasku kebanyakan memilih tempat yang sepi dan di atas meja untuk belajar dengan alasan yang jelas: supaya bisa berkonsentrasi; beberapa menyatakan tempat yang ramai yang dipilih, alasannya: kalau belajar sendirian bisa ngantuk; sisanya memilih di tempat yang dirasa nyaman. Di bagian terakhir ini, ada yang bercerita: kadang dia naik ke atas pohon untuk belajar; itu karena di atas pohon itulah tempat nyamannya! Temanku yang dari Nepal menyambung bercerita: dia punya teman (sebut saja si A) yang pernah mencoba pergi ke India untuk sekolah. Di sana, si A mendapati bahwa banyak teman India-nya yang ketika belajar mengikat rambut mereka ke langit-langit. Ini supaya agar ketika mereka mulai mengantuk dan kepala mereka mulai terkantuk-kantuk, rambut mereka akan tertarik oleh ikatan ke langit-langit. Rasa sakit yang muncul itulah yang membuat mereka tetap bangun dan belajar! Seorang teman dari Solomon Insland menyambung juga: seorang temannya biasa mencelupkan kakinya di baskom yang berisi air ketika belajar. Rasa dingin dari air itu membuatnnya tetap terjaga selama belajar!