Selasa, 27 Juli 2010

Ikhlas

Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. - Yosua 24:14

- - = = - -

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ikhlas berarti bersih hati; tulus hati. Keikhlasan berarti ketulusan hati; kejujuran; kerelaan. Dalam pelajaran-pelajaran ke-Kristen-an jarang yang membahas konsep ikhlas, tetapi sebenarnya keikhlasan dapat ditemui di banyak sisi dalam Alkitab.


Contoh ikhlas yang pertama yang diangkat tulisan ini adalah sikap Yusuf: Setelah dijebloskan ke dalam sumur dan dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya, setelah masuk penjara karena difitnah istri majikannya, setelah sempat dilupakan oleh teman dalam penjara; Yusuf tidak tumbuh sebagai pribadi yang bisanya menyalahkan kondisi saja.

Coba bayangkan jika kita ada di posisi Yusuf ketika diproses, diperlukan kerelaan/keikhlasan yang tinggi untuk dapat bertahan dan tetap berpegang pada Tuhan. Bukan hal yang mudah untuk dapat menerima perlakuan yang tidak adil, mengingat Yusuf tidak melakukan kesalahan yang sepadan dengan perlakuan yang diterima.

Setelah proses-proses tersebut dilewati dan Yusuf telah diangkat sebagai raja muda, sangat menarik untuk menyimak kata-kata Yusuf dalam Kejadian 50:19-20:

Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

Contoh kedua diangkat dari cerita Daniel: ketika Sadrakh, Mesakh dan Abednego harus menghadapi perapian yang menyala-nyala karena tidak mau menyembah patung emas Nebukadnezar. Mereka tidak melawan. Dalam Daniel 3:16-18, mereka berkata:

"Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

Ada kerelaan untuk menerima apapun yang Tuhan berikan dalam hidup mereka, sekalipun itu berarti kematian. Situasi boleh berubah menjadi buruk dan tidak menguntungkan, tetapi mereka memilih tetap tulus dan bersih hatinya dihadapan Tuhan.

            Konsep ikhlas juga terdapat di dalam Perjanjian Baru. Lukas 9:23 menulis:

Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.

Ada dimensi ikhlas di sini. Ikhlas untuk menyangkal diri dan memikul salib. Kedua hal itu bukan pekerjaan yang memberi rasa enak bagi badan kita. Bayangan yang muncul dari kata memikul salib adalah rasa berat yang harus ditanggung. Apalagi di ayat tersebut ditegaskan bahwa orang yang mau mengikut Yesus harus melakukan ini setiap hari!

Di lain sisi, keikhlasan bukanlah berarti tanpa berusaha. Pengikut Kristus tetap perlu bekerja untuk menyatakan kasihNya dalam dunia. Bedanya, orang yang ikhlas menyerahkan hasil kerja kepada sang Pencipta. Apapun yang terjadi dia tetap bersyukur.

Tulisan ini saya tutup dengan kutipan dari seorang tokoh nasional Indonesia yang memfokuskan diri dalam bidang spiritual. Dia bilang: “Berbeda dengan pikiran yang serakah memilih sukses di atas gagal, benar di atas salah, baik di atas buruk; keikhlasan, ia tidak saja tidak memilih, bahasanya hanya satu: semuanya sudah, sedang, dan akan berjalan sempurna!”

Biarlah kita semua mau belajar untuk menjadi pribadi-pribadi yang ikhlas. Amin. GBU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar