Sabtu, 07 Mei 2011

Tingkatan Permasalahan Hidup yang Lebih Tinggi

Saya sempat merasa bahwa kesulitan-kesulitan yang saya temui selama menempuh studi lanjut merupakan permasalahan-permasalahan besar. Tetapi setelah mendengar cerita dari beberapa teman hari ini, pandangan saya berubah.

Di acara persekutuan mahasiswa AusAID beserta keluarganya hari ini, masing-masing orang diminta sharing tentang hidupnya. Dan saya benar-benar terkejut mendengar beberapa sharingnya:

  • Ada yang sharing bahwa untuk berangkat sekolah lagi ini melewati proses yang panjang dan tidak enak dengan ibunya.
  • Ada yang sharing bahwa salah satu alasan utama lanjut kuliah lagi ini demi anaknya yang terkena sindrom asperger agar bisa mendapat pendidikan khusus di Australia. Sang suami mengantar dan menemani anaknya tiap hari ke sekolah.
  • Ada yang sharing bahwa di awal semester seringkali dirinya menangis karena ini adalah pengalaman pertama kali tinggal jauh dari keluarga dan pasangan.
  • Ada yang sharing bahwa menjadi seorang suami yang pergi ke Australia untuk mengikuti istri kuliah adalah sebuah beban yang berat. Ditambah dengan permasalahan anaknya yang diperkirakan bakal pulang ke Indonesia ketika masuk kelas 6. Dengan perbedaan sistem pendidikan yang ada, diperkirakan anaknya 70% tidak bakal bisa lolos ujian nasional tingkat SD di Indonesia.
  • Ada yang sharing bahwa saat ini dirinya masih mencari: apakah benar dirinya ditempatkan Tuhan untuk kuliah di sini. Ini dikarenakan oleh banyaknya permasalahan yang dihadapi sejak awal proses beasiswanya disetujui. Beberapa contoh masalahnya: mengandung anak kedua ketika proses training bahasa inggris, ibunya sakit, tidak ada yang bisa diserahi untuk mengurus anak-anaknya di Indonesia, suaminya yang belum bisa segera menyusul ke Australia karena pihak keluarga suami meminta suaminya untuk mengurus bisnis keluarga. Permasalahannya sampai sekarang tidak habis-habis.
  • Ada yang sharing bahwa tabungannya habis ketika dia magang di negara lain. Salah satu sebabnya adalah karena saat itu kartu kreditnya dibobol orang.
  • Ada yang sharing bahwa secara ekonomi keluarganya benar-benar hidup dalam kondisi terbatas. Hanya karena kasih karunia Tuhan saja, keluarganya bisa bertahan dan akhirnya sekarang bisa meningkat kondisi perekonomiannya.
Kalau saya bandingkan masalah saya dengan masalah mereka, jelas masalah saya tidak ada apa-apanya. Muncul rasa malu ketika mengingat bahwa saya sempat merasa memiliki permasalahan-permasalahan yang besar yang tidak mampu saya atasi.

Saya diingatkan ayat ini:
"Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai engkau tidak merasa tenteram, apakah yang akan engkau perbuat di hutan belukar sungai Yordan?” Yeremia 12:5

Ada banyak permasalahan-permasalahan yang lebih besar dari permasalahan-permasalahan yang saya hadapi sekarang ini; karena itulah saya perlu terus berjuang, berusaha, dan menambah kapasitas diri supaya ketika waktunya tiba, saya sudah jadi lebih siap dalam menghadapi tantangan yang lebih besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar